Liqo' Syawal HTI Tasik Malaya 1435 H |
“Kini, tahapan perjuangan Hizbut Tahrir sebagai gerakan internasional memasuki tahapan kedua, yaitu tafa’ul mal’umah. Tahapan inilah yang dilakukan Sahabat Rasulullah Saw, sehingga mereka merasakan bahwa tahapan ini adalah tahapan yang paling sulit, terjadinya perang pemikiran, fitnah, penganiyaan, bahkan penindasan,” kata Mawardi pada acara Liqa Syawal yang diselenggarakan DPD II Hizbut Tahrir Indonsia (HTI) Kabupaten Bandung di GOR Pasundan Perum Bumi Rancaekek Kencana, Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Ahad (24/8/2014).
Lebih lanjut Mawardi menambahkan bahwa tahapan HT sakarang mendekati tahapan ketiga. “Perjuangan Hizbut Tahrir sudah di ujung tahapan kedua menuju tahapan ketiga, Istamil hukmii, dengan mencari tholabun nushroh kepada para ahli quwwah“.
Dirinya juga memaparkan bahwa kini umat Islam berada dalam kemunduran, kehidupannya jauh dari nuansa yang Islami, karena melepaskan Al Quran sebagai tata aturannya.
“Umat Islam sekarang itu tidak diakui bahkan tidak ada eksistensinya dikarenakan umat islam meninggalkan Al Quran. Diantara ciri meninggalkan Al Quran yakni tidak membacanya, tidak mengambil pelajaran dari Al quran dan tidak mengamalkan apa yang ada didalam Al Quran dalam berbagai aspek kehidupan,” ujarnya.
Mawardi menambahkan bahwa sistem politik yang saat ini digunakan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia, yakni sistem demokrasi, secara konseptual tidak dapat menjadi institusi yang mampu menegakkan Al Quran secara utuh. Adapun menurutnya, Allah Swt melalui Rasul-Nya telah memberikan sebuah metode untuk mengamalkan isi Al Qur’an dengan menegakkan sebuah konsep Negara yang bernama Khilafah.” Khilafah adalah ajaran Islam” katanya.
Selain merupakan kewajiban, tegaknya Khilafah bila dibarengi dengan ketakwaan para pemimpin yang menjalankannya akan mendatangkan keberkahan. “Dalam sistem Ekonomi Islam yang pernah tegak lewat institusi Khilafah dimasa yang lalu, dapat disaksikan bahwa yang namanya sumber daya alam itu dikelola oleh negara dan di kembalikan ke rakyat, bukan oleh segelintir Kapitalis. Ini adalah konsep yang bersumber dari Islam,” ucapnya.
Di akhir acara Mawardi memberikan closing statement, bahwa dirinya datang dari Jakarta tiada lain semata-mata untuk menyampaikan Islam, dengan perjuangan tholabun nushroh kepada para ulama, polisi, tentara bahkan intel. Terlebih khusus dia meminta kepada para ulama yang hadir untuk sama-sama bergabung dalam perjuangan menegakkan hukum Allah, syariah dan khilafah.
“Mau berjuang memperjuangkan khilafah ataupun tidak, tetap kita akan mati, oleh karena itu pilihan kita hanya dua, mau mati sebagai pejuang khilafah atau mati sebagai manusia biasa,” pungkasnya.
Umat rusak karena jauh dari syariat
Sementara itu K.H. Yasin Muthohar anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia, mengatakan rusaknya umat karena jauh dari syari’at. Dengan diterapkannya demokrasi dan sistem ekonomi liberal, yang jauh-jauh hari kerusakannya telah disampaikan oleh Rosulullah dalam haditsnya. Sekarang ini terjadi sistem yang rusak yang mewajibkan keharaman dan mengharamkan kewajiban.
Hal ini disampaikan Kiai Yasin dihadapan hadirin Liqo Syawal 1435 H yang diselenggarakan oleh HTI DPD II Tasikmalaya, yang mengambil tema “Indonesia Milik Allah, Terapkan Hukum Allah, saatnya khilafah menggantikan demokrasi dan sistem ekonomi liberal.”
Selanjutnya dia mengajak para tamu ini untuk berpartisipasi berdakwah syariah dan khilafah bersama HTI dalam rangka menggantikan sistem rusak demokrasi dan sistem ekonomi liberal. (azm/mi/arrahmah.com/ti)
Posting Komentar