Ilustrasi Pemimpin Sukses
Oleh: Iwan Januar
Ketuk palu Mahkamah Konstitusi sudah terdengar. Keputusan konflik pilpres sudah diputuskan dan pemenangnya telah ditetapkan. Tinggal selanjutnya mampukah pemimpin bangsa Indonesia ke-7 ini membawa negeri ini keluar dari kegelapan menuju cahaya? Bangkit dari keterpurukan?
Berjuta harapan disematkan pada pasangan Jokowi-JK. Pencitraan yang dilakukan media dan tim sukses Jokowi berhasil menyeret jutaan pemilih untuk menaruh harapan pada pasangan ini. Sekarang saatnya pembuktian. Apakah keberhasilan dan gaya kepemimpinan Jokowi benar seindah aslinya atau memang hanya make up politik. Jangan-jangan pemimpin ke-7 bangsa ini hanya akan mengikuti jejak para pemimpin sebelumnya. Hanya membawa masalah baru tanpa penyelesaian masalah apapun.
Untuk menjadi kepala negara yang sukses pasti ada kualifikasi yang harus terpenuhi. Tak bisa sembarangan. Dalam tulisan ringkas ini sekurangnya ada lima syarat sukses menjadi kepala negara:
Melayani urusan rakyat sepenuh hati
Pemimpin sukses bukanlah mereka yang bergelimang pujian dan kehormatan dari rakyat. Lalu ia tinggal di menara gading sementara rakyatnya terpuruk. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mengatur dan melayani urusan rakyat sepenuh hati hingga tuntas. Nabi saw. bersabda:
سيد القوم خادمهم
Pemimpin satu kaum adalah pelayan mereka.”(HR. Ibnu Majah)
Para pemimpin yang sukses tidak sudi tidur nyenyak dan makan enak sementara masih ada rakyat yang terpapar lapar. Di Indonesia, maaf saja, siapapun saat menjadi pemimpin maka harus berada dalam posisi terbaik secara fasilitas, bahkan dibandingkan negara tetangga. Seorang kawan saya bercerita di Malaysia saja para menteri menggunakan mobil Proton produk lokal yang harganya lebih murah ketimbang sedan para menteri di Indonesia.
Tidak menipu dan menyusahkan rakyat
Ukuran kesuksesan pemimpin bukanlah dari bertambah besar lingkar pinggangnya atau naik angka rupiah di rekening pribadi maupun parpolnya. Tapi ia dapat memberikan hak-hak rakyat dan tidak menipu mereka. Sama antara apa yang dijanjikan dengan apa yang dipraktekkan. Bila tidak, siap-siap menanggung sumpah serapah dan doa keburukan yang dipanjatkan Nabi saw.:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِىَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِى شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
Ya Allah, siapa yang mengatur urusan umatku sesuatu lalu ia menyusahkan mereka, maka sengsarakanlah ia, dan siapa yang mengatur urusan umatku lalu ia menyayangi mereka maka sayangilah ia”(HR. Muslim).
Nah, sanggupkah pemimpin ke-7 bangsa ini mengembalikan hak-hak rakyat yang dijarah asing? Melindungi moral dan akidah mereka dari budaya liberal? Bila tidak sanggup, bahkan malah membiarkan maka doa itu akan terkena padanya.
Memiliki jajaran staf pembantu yang terbaik
Terbaik dalam segala hal pastinya. Punya kapabilitas dan integritas yang tinggi. Cakap dan amanah. Nabi Muhammad saw. mengingatkan beda nasib pemimpin yang sukses dan pemimpin yang jeblok, adalah kondisi para pembantunya.
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِىَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِىَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ
Jika Allah menghendaki kebaikan terhadap seorang amir/pemimpin/kepala negara, Allah jadikan baginya seorang pembantu (wazir/muawin) yang jujur dan benar, jika ia lupa wazir itu akan mengingatkannya, dan jika ia ingat wazir itu akan membantunya. Jika Allah menghendaki terhadap amir itu selain yang demikian, Allah jadikan baginya wazir yang jahat/buruk, jika ia lupa wazir itu tidak mengingatkannya, dan jika ia ingat wazir itu tidak membantunya”(HR. Ahmad, Abu Daud).
Mungkinkah mendapatkan wazir yang baik jika itu hasil transaksi politik dengan parpol pendukung yang juga haus kekuasaan? Harap diingat, dalam demokrasi tak pernah ada ‘makan siang gratis’. Tak ada cerita orang membantu tanpa harapkan sesuatu. Demokrasi sudah membentuk watak ‘rame ing pamrih, sepi ing gawe’. Sudah berapa menteri di masa pemerintahan sebelumnya yang masuk jeruji karena sifat jahat mereka. A’uzubillah min dzalik!
Membebaskan negeri dari penjajahan asing
Berdaulat itu artinya bebas dari tekanan siapapun. Bebas menentukan pilihan sendiri. semenjak negeri ini merdeka justru bangsa ini sudah direnggut kedaulatannya. Tak bebas menentukan kebijakan negeri ini secara mandiri. Dipaksa menerima politik demokrasi, HAM, liberalisme dan sistem ekonomi kapitalisme. Umat Islam yang taat dan saleh dicurigai dan diintimidasi bahkan sebagian dibunuhi.
Maka ciri pemimpin yang berhasil berikutnya adalah ia mampu membangun negeri secara mandiri tanpa campur tangan asing, termasuk hutang dan riba najis mereka! Allah SWT. berfirman:
dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”(QS. an-Nisa: 141).
Menjadikan Allah Sebagai Pembuat Hukum
Selama seorang kepala negara menjalankan aturan selain Allah, selama itu pula ia tersandera oleh kepentingan para pembuatnya. Dalam sistem demokrasi, kepala negara akan tersandera oleh kepentingan banyak pihak; pengusaha, LSM, asing, dan macam-macam golongan. Apalagi dalam sistem koalisi maka aturan yang dibuat akan banyak ditentukan melalui transaksi politik dengan parpol pendukung dan pihak sponsorship. Bukan rahasia lagi banyak UU yang digolkan oleh pemerintah dan DPR ternyata orderan pihak asing, khususnya dalam bidang pertambangan dan enerji.
Bila seorang kepala negara menjadikan Allah SWT. sebagai Pembuat Hukum maka ia akan terbebas dari berbagai sanderaan. Karena ia tak akan ambil pusing dengan kepentingan banyak golongan, hanya perintah dan larangan Allah SWT. yang akan ia patuhi. Selainnya tidak.
Sanggupkah pemimpin RI ke-7 memenuhi 5 syarat ini? Bila tidak, jangan harap bangsa ini akan bisa bangkit. Siapapun yang menjadi kepala negara hanya akan meneruskan penyakit akut yang diidap negeri ini. Sepanjang itu pula rakyat akan menderita lahir dan batin. (tasikmalaya bersyari'ah/tajukislam)

Posting Komentar

 
Top