Myriam merujuk pada peristiwa serangan 11 September 2001 di AS sebagai motif di balik keingintahuannya tentang Islam. Itulah yang membuat dirinya menyatakan diri masuk Islam.
Ia menyebut bahwa kehidupan Nabi Muhammad (SAW) sebagai seseorang yang membuatnya termotivasi untuk mengubah karirnya.
Myriam menggambarkan Nabi Muhammad sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah yang telah disalahpahami. Dia
mengutip beberapa perkataan populer Nabi Muhammad SAW, dan salah satu
kutipan favoritnya adalah, “Maafkan orang yang bersalah kepada Anda. Jalinlah hubungan dengannya. Berbuat
baiklah kepada orang yang telah berbuat jahat kepada Anda dan berbicara
tentang kebenaran bahkan jika itu bertentangan dengan diri Anda sendiri.”
Awalnya, sarjana filsafat lulusan Universitas Cambridge ini membuka Alquran dengan perasaan”marah”. Ia
berdiskusi soal Tuhan dengan teman kuliahnya. Sang teman, menggunakan
dalil ketuhanan sesuai apa yang disebutkan dalam konsep Islam. “Saya mempelajarinya sebagai bagian dari upaya untuk membuktikan pendapat teman saya yang seorang Muslim itu salah,” ujarnya.
Kemudian ia mulai membaca dengan pikiran yang lebih terbuka. Pembukaan Al Fatihah mencengangkannya. “Dalam Islam, seluruh tindakan manusia, dia sendiri yang akan menanggung konsekuensinya. Itulah pentingnya dia mengambil jalan lurus, jalan Tuhan,” ujarnya. Makin lama belajar Alquran, makin besar keinginan Myriam untuk menganut agama Islam. Tujuan semula, mendebat argumentasi temannya, berubah menjadi pengakuan, “Kamu benar tentang agamamu!”
Tak mau buang waktu, ia segera bersyahadat. “Beberapa teman dekat saya melakukan yang terbaik untuk mendukung saya dan memahami keputusan saya.Saya
tetap sangat dekat dengan beberapa teman masa kecil saya dan melalui
mereka saya mengakui universalitas pesan Ilahi, bahwa nilai-nilai Tuhan
bersinar melalui perbuatan baik manusia, Muslim maupun bukan,” katanya.
Ia menyatakan, konversi keimanannya bukan sebagai ‘reaksi’ terhadap, atau oposisi terhadap budaya Barat. “Sebaliknya,
itu merupakan validasi dari apa yang selalu saya pikirkan,” ujarnya,
seraya mengkritik beberapa masjid di Inggris yang menutup pintu dialog
tentang ketuhanan dan terlalu dogmatis.“Catat: aturan dan protokol mereka banyak yang membingungkan dan malah bikin stres.”
“Menjadi Muslim, tidak berarti kita kehilangan semua jejak diri kita sendiri.Islam adalah validasi yang baik dalam diri kita dan sarana untuk memperbaiki yang buruk,” pungkas Myriam. [sa/islampos/tajukislam]
Posting Komentar